BRIN Dorong Peningkatan Peneliti dan Dana Riset Nasional Indonesia

Rabu, 12 November 2025 | 08:13:11 WIB
BRIN Dorong Peningkatan Peneliti dan Dana Riset Nasional Indonesia

JAKARTA — Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arif Satria, menekankan pentingnya penguatan ekosistem riset nasional melalui peningkatan jumlah peneliti, kualitas riset, serta dukungan dana yang memadai. 

Pernyataan ini disampaikan usai pelantikan Arif oleh Presiden RI Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin, 10 November 2025.

Arif menyoroti bahwa tantangan utama BRIN bukan sekadar masalah struktur kelembagaan, melainkan lebih pada kapasitas sumber daya manusia dan sistem pendukung riset secara menyeluruh. “Saya kira penelitian itu kan kekuatannya satu pada jumlah peneliti, kualitas peneliti, dana penelitian, infrastruktur penelitian, kemudian yang terakhir adalah ekosistem penelitian. Jadi itulah yang akan kita dorong,” ujarnya.

Menurut Arif, jumlah peneliti Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand atau Korea Selatan. Hal ini membuat kapasitas riset nasional kurang optimal dalam memaksimalkan potensi inovasi dan pertumbuhan ekonomi berbasis penelitian.

Pentingnya Talent Management dalam Penelitian

Arif menekankan bahwa penguatan manajemen talenta menjadi kunci dalam mencetak peneliti unggul yang memiliki komitmen tinggi terhadap bidangnya. Dia mencontohkan bahwa masyarakat yang memiliki passion di bidang penelitian akan menjadi modal utama bagi BRIN dan kementerian terkait untuk mengembangkan talenta riset lebih cepat dan lebih jauh.

“Kita perlu meningkatkan jumlah peneliti sehingga disinilah talent management menjadi penting. Jadi kita akan perkuat talent management, dengan talent management yang baik di bidang penelitian,” ungkap mantan Rektor IPB itu. Menurutnya, strategi ini diharapkan mampu membangun generasi peneliti yang berkelanjutan dan inovatif, sekaligus meningkatkan daya saing nasional di ranah riset global.

Keterbatasan Dana Riset Masih Jadi Tantangan

Selain jumlah peneliti, Arif juga menyoroti keterbatasan anggaran riset nasional yang saat ini masih berada di kisaran 0,2 persen dari PDB. Ia menyebut hal ini sebagai hambatan serius, namun tetap melihat banyak peluang kolaborasi untuk memperkuat pembiayaan riset.

“Betul. Saya kira dana memang salah satu faktor penting yang harus terus diperjuangkan, karena kalau kita tahu bahwa dana perguruan tinggi negara lain itu juga sangat tinggi, besar sekali untuk penelitian. Namun kita tidak perlu berkecil hati, masih banyak oportuniti yang bisa kita lakukan termasuk bermitra dengan Danantara,” jelas Arif.

Menurutnya, kemitraan dengan sektor swasta menjadi salah satu solusi strategis untuk membangun kekuatan R&D (Research and Development) yang berkelanjutan. “Industri tanpa inovasi yang kuat, tanpa R&D yang kuat akan berat,” tambah Arif.

Kolaborasi dengan Industri untuk Riset Berkelanjutan

Arif menekankan bahwa pengembangan riset tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau perguruan tinggi, tetapi juga industri. Kolaborasi lintas sektor, menurutnya, akan memperkuat ekosistem R&D di Indonesia dan mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi.

“Kita ingin mendorong agar industri-industri yang ada di Indonesia itu juga membangun kekuatan R&D. Jadi industri tanpa inovasi yang kuat, tanpa R&D yang kuat akan berat,” ujar Arif. Hal ini juga sejalan dengan upaya BRIN untuk menciptakan sinergi antara akademisi, peneliti, dan pelaku industri agar inovasi dapat langsung diimplementasikan dan memberikan dampak ekonomi nyata.

Riset dan Inovasi sebagai Pilar Pertumbuhan Ekonomi

Lebih jauh, Arif mengutip pemikiran peraih Nobel Ekonomi 2018 mengenai Indigenous Growth Theory yang menekankan bahwa kekuatan R&D dan inovasi menjadi penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. “Pertumbuhan ke depan ekonomi sebuah bangsa akan sangat ditentukan sejauh mana kekuatan di bidang R&D, di bidang inovasi. Saya kira Bapak Presiden memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menempatkan R&D sebagai salah satu pilar penting dalam kemajuan ekonomi,” jelasnya.

Arif menyatakan bahwa penguatan riset tidak hanya berdampak pada ilmu pengetahuan semata, tetapi juga menjadi motor penggerak inovasi teknologi, penciptaan lapangan kerja baru, dan daya saing nasional di kancah global.

Strategi BRIN ke Depan

Kepala BRIN menegaskan bahwa strategi ke depan akan fokus pada empat aspek utama: peningkatan jumlah peneliti, penguatan kualitas riset, perluasan pendanaan, dan pengembangan ekosistem riset yang mendukung inovasi. Semua langkah ini ditujukan untuk memastikan Indonesia mampu bersaing di era ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi tinggi.

Arif juga menekankan bahwa pengembangan talenta riset harus selaras dengan perencanaan jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan riset nasional. “Kita ingin riset Indonesia tidak hanya berbasis proyek semata, tetapi juga membangun fondasi ilmu pengetahuan yang bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan,” pungkasnya.

Terkini